Proses pencarian vendor fotografi
dan videografi sudah dimulai semenjak saya liburan ke Indonesia pada bulan Juni
lalu. Kala itu saya merujuk pada daftar vendor yang diberikan pengelola gedung
Balai Sudirman. Sesuai ketentuan mereka, saya tidak diperbolehkan memakai
vendor di luar list tersebut.
Sejujurnya, saya cukup
bersemangat dalam pemilihan vendor ini, hehe. Fotografi sudah menjadi minat
saya dalam setahun terakhir. Lumayanlah, mata ini sudah bisa menilai fotografer
mana yang skill-nya oke, meskipun skill fotografi saya sendiri juga masih
pas-pasan. Pepatah lama mengatakan, lebih mudah menemukan kesalahan orang lain
daripada kesalahan sendiri. *pembelaan :p
Nah, setelah survey portfolio
mereka dari website, facebook, maupun brosur, ada 5 vendor yang menarik minat
saya
1. Soe
& Su Photography
2. Hypnosis
Photography
3. Adiza
Photography
4. Tikma
Photography
5. Maheza
Studio
Soe & Su Photography
Informasi mengenai Soe & Su
saya dapatkan dari brosur yang diperoleh orang tua saya ketika wedding expo.
Dari desain brosurnya saja, bisa dilihat kalau vendor ini berkualitas dan
berkelas premium. Foto pernikahan Dian Sastro dan Indraguna Sutowo terpampang
pada salah satu bagian brosur. Benar saja, price list yang ditawarkan cukup
membuat sesak nafas, haha. Sayangnya saya bukan kaum sosialita yang sanggup
meng-hire fotografer dengan kisaran harga seperti itu. Dengan sangat terpaksa,
saya harus menggugurkan Soe & Su dari daftar saya.
|
Sumber: Album Facebook Soe & Su Photography |
Hypnosis Photography
Vendor kedua ini, Hypnosis
Photography, cukup menarik. Mereka tercantum dalam daftar vendor pada website
Balai Sudirman, tapi tidak pada hardcopy daftar rekanan yang diberikan Balai
Sudirman. Usut punya usut, ternyata Hypnosis pernah menjadi rekanan Balai
Sudirman sampai tahun 2010 lalu, dan tidak melanjutkan karena satu dan lain
hal. Tetapi Mas Yoki, marketing Hypnosis, meyakinkan bahwa saya tetap bisa
memakai vendor ini tanpa khawatir terkena charge tambahan dari pengelola
gedung. Hmmm, berhubung saya sudah jatuh cinta dengan kualitas fotografi
mereka, hal tersebut tidak terlalu saya pikirkan. Ada beberapa hal yang membuat
saya kesengsem dengan vendor ini.
Pertama, skill fotografi yang
tidak usah diragukan lagi. Post-processing-nya tidak overrated, seperti
fotografer lain pada umumnya yang editannya berlebihan. Gambarnya tajam,
bokehnya (blur) mantab, flash-nya halus dan warnanya keluar. Kualitas yang
diberikan memang sesuai dengan peralatan yang dipakai, kamera DSLR Canon dan
lensa-lensa F kecil yang yahud.
|
Sumber: Album Facebook Hypnosis Photography |
Kedua, output yang diberikan
berbeda dari yang lain. Vendor-vendor kebanyakan menawarkan desain album yang
biasa-biasa saja, sementara Hypnosis menawarkan album berbahan genuine leather
dengan desain yang lebih sophisticated, mengingatkan saya kepada notebook
moleskine. Layout foto-foto dibuat simple, dicetak dengan glossy photo paper
yang ditempel pada kertas berwarna hitam. Less is more, seperti apa yang
dikatakan Mies van de Rohe. Selain itu, mereka juga punya paket candid black
& white menggunakan kamera analog Leica, yang dicetak di premium fine art
paper. Wowowow, hari gini pake kamera analog, cuma Hypnosis yang berani tampil
beda. ;)
Ketiga, marketing yang kalau
menurut bahasa Sunda, ‘enakeun’, hehe. Mas Yoki adalah satu-satunya vendor yang
konsisten mem-follow-up kliennya dengan cara yang asyik dan tidak agresif. Dia
tidak segan-segan merombak paket yang ditawarkan, dan menyesuaikan dengan
budget yang saya miliki. Sampai saat ini, saya masih dalam tahap negosiasi
karena penawaran yang diberikan masih di atas budget, padahal saya sudah
terlanjur kesengsem berat dengan vendor yang satu ini. CD portfolio yang
diberikan Mas Yoki adalah satu-satunya yang saya presentasikan ke mama papa,
walaupun mereka masih menganggap Hypnosis terlalu mahal, hiks. Doakan ya supaya
saya dikasih diskon ekstra. *colek Mas Yoki
Keempat, videografi yang
menyentuh dengan teknik pengambilan yang tidak biasa. Honestly, saya hampir
melupakan hal yang satu ini. Video
liputan yang rata-rata saya lihat
cenderung membosankan dan berdurasi terlalu lama. Pertama kali melihat
video yang dibuat Hypnosis, perasaan saya campur aduk. Ikut tegang ketika melihat
prosesi akad, sungguh hampir menangis tersedu-sedu ketika melihat acara
sungkeman, dan kegirangan saat melihat tingkah laku pengantin yang kocak-kocak.
Haha, kala itu saya janjian meeting di Citos dengan Mas Yoki. Kalau bukan di
tempat umum, saya nggak bakal segan-segan menangis atau ketawa-ketawa sendiri
saat melihat video liputan mereka. :p
Teknik yang dipakai tidak monoton. Si bokeh favorit saya pun dapat
dilihat pada video mereka, yang mana tidak mungkin dihasilkan dengan kamera
video biasa, apalagi handycam. Aaaah, jadi tambah jatuh cinta sama vendor yang
satu ini. ;)
(to be continued)