Photography & Videography Vendors (part 1)

By 10/03/2011 , ,


Proses pencarian vendor fotografi dan videografi sudah dimulai semenjak saya liburan ke Indonesia pada bulan Juni lalu. Kala itu saya merujuk pada daftar vendor yang diberikan pengelola gedung Balai Sudirman. Sesuai ketentuan mereka, saya tidak diperbolehkan memakai vendor di luar list tersebut.

Sejujurnya, saya cukup bersemangat dalam pemilihan vendor ini, hehe. Fotografi sudah menjadi minat saya dalam setahun terakhir. Lumayanlah, mata ini sudah bisa menilai fotografer mana yang skill-nya oke, meskipun skill fotografi saya sendiri juga masih pas-pasan. Pepatah lama mengatakan, lebih mudah menemukan kesalahan orang lain daripada kesalahan sendiri. *pembelaan :p

Nah, setelah survey portfolio mereka dari website, facebook, maupun brosur, ada 5 vendor yang menarik minat saya

1.  Soe & Su Photography
2.  Hypnosis Photography
3.  Adiza Photography
4.  Tikma Photography
5.  Maheza Studio

Soe & Su Photography
Informasi mengenai Soe & Su saya dapatkan dari brosur yang diperoleh orang tua saya ketika wedding expo. Dari desain brosurnya saja, bisa dilihat kalau vendor ini berkualitas dan berkelas premium. Foto pernikahan Dian Sastro dan Indraguna Sutowo terpampang pada salah satu bagian brosur. Benar saja, price list yang ditawarkan cukup membuat sesak nafas, haha. Sayangnya saya bukan kaum sosialita yang sanggup meng-hire fotografer dengan kisaran harga seperti itu. Dengan sangat terpaksa, saya harus menggugurkan Soe & Su dari daftar saya.

Sumber: Album Facebook Soe & Su Photography

Hypnosis Photography
Vendor kedua ini, Hypnosis Photography, cukup menarik. Mereka tercantum dalam daftar vendor pada website Balai Sudirman, tapi tidak pada hardcopy daftar rekanan yang diberikan Balai Sudirman. Usut punya usut, ternyata Hypnosis pernah menjadi rekanan Balai Sudirman sampai tahun 2010 lalu, dan tidak melanjutkan karena satu dan lain hal. Tetapi Mas Yoki, marketing Hypnosis, meyakinkan bahwa saya tetap bisa memakai vendor ini tanpa khawatir terkena charge tambahan dari pengelola gedung. Hmmm, berhubung saya sudah jatuh cinta dengan kualitas fotografi mereka, hal tersebut tidak terlalu saya pikirkan. Ada beberapa hal yang membuat saya kesengsem dengan vendor ini.

Pertama, skill fotografi yang tidak usah diragukan lagi. Post-processing-nya tidak overrated, seperti fotografer lain pada umumnya yang editannya berlebihan. Gambarnya tajam, bokehnya (blur) mantab, flash-nya halus dan warnanya keluar. Kualitas yang diberikan memang sesuai dengan peralatan yang dipakai, kamera DSLR Canon dan lensa-lensa F kecil yang yahud.

Sumber: Album Facebook Hypnosis Photography

Kedua, output yang diberikan berbeda dari yang lain. Vendor-vendor kebanyakan menawarkan desain album yang biasa-biasa saja, sementara Hypnosis menawarkan album berbahan genuine leather dengan desain yang lebih sophisticated, mengingatkan saya kepada notebook moleskine. Layout foto-foto dibuat simple, dicetak dengan glossy photo paper yang ditempel pada kertas berwarna hitam. Less is more, seperti apa yang dikatakan Mies van de Rohe. Selain itu, mereka juga punya paket candid black & white menggunakan kamera analog Leica, yang dicetak di premium fine art paper. Wowowow, hari gini pake kamera analog, cuma Hypnosis yang berani tampil beda. ;)

Ketiga, marketing yang kalau menurut bahasa Sunda, ‘enakeun’, hehe. Mas Yoki adalah satu-satunya vendor yang konsisten mem-follow-up kliennya dengan cara yang asyik dan tidak agresif. Dia tidak segan-segan merombak paket yang ditawarkan, dan menyesuaikan dengan budget yang saya miliki. Sampai saat ini, saya masih dalam tahap negosiasi karena penawaran yang diberikan masih di atas budget, padahal saya sudah terlanjur kesengsem berat dengan vendor yang satu ini. CD portfolio yang diberikan Mas Yoki adalah satu-satunya yang saya presentasikan ke mama papa, walaupun mereka masih menganggap Hypnosis terlalu mahal, hiks. Doakan ya supaya saya dikasih diskon ekstra. *colek Mas Yoki

Keempat, videografi yang menyentuh dengan teknik pengambilan yang tidak biasa. Honestly, saya hampir melupakan hal yang satu ini.  Video liputan yang rata-rata saya lihat  cenderung membosankan dan berdurasi terlalu lama. Pertama kali melihat video yang dibuat Hypnosis, perasaan saya campur aduk. Ikut tegang ketika melihat prosesi akad, sungguh hampir menangis tersedu-sedu ketika melihat acara sungkeman, dan kegirangan saat melihat tingkah laku pengantin yang kocak-kocak. Haha, kala itu saya janjian meeting di Citos dengan Mas Yoki. Kalau bukan di tempat umum, saya nggak bakal segan-segan menangis atau ketawa-ketawa sendiri saat melihat video liputan mereka. :p  Teknik yang dipakai tidak monoton. Si bokeh favorit saya pun dapat dilihat pada video mereka, yang mana tidak mungkin dihasilkan dengan kamera video biasa, apalagi handycam. Aaaah, jadi tambah jatuh cinta sama vendor yang satu ini. ;)

(to be continued)

You Might Also Like

6 comments

  1. Aaaah seneng banget deh ada ini. Gak sabar menunggu ulasan selanjutnya. Trus aku nanti milihnya berdasarkan ulasan kamu aja deh hehehe. (ketawan banget malesnya)

    ReplyDelete
  2. stumbled from upi's blog comment ;p goodluck with the preparation, thane! kiss kiss

    ReplyDelete
  3. Haha, thanks nin. Rencananya aku mau bikin 3 episode buat review vendor fotografinya aja. Harus mengumpulkan semangat nulis nih. x)

    Ooops, ketauan ajeng deh. :p

    ReplyDelete
  4. teh thane, kalo lomi kemaren pake beeasphoto untuk fotografi kawinan..
    hasilnya oke, editannya juga lebay, desain albumnya juga gak "penuh"..

    tapi harus sabar soalnya hasilnya lamaaaa...skitar 6 bulanan..raw materialnya udah bisa langsung diminta sih...worth to wait lah :)

    siapa tau bisa nambahin referensi hihihi

    ReplyDelete
  5. lomiiii, 6 bulan mah meni lami pisan atuh hihi. aku nggak sabaran orangnya. :p

    ReplyDelete
  6. review maheza studio mahezapro mengecewakan , bos

    http://www.kaskus.co.id/thread/54eac92a582b2e74018b4568/maheza-studio-mengecewakan-satu-setengah-tahun-video-nikahan-masih-blm-jadi-juga/

    http://inside.kompas.com/suratpembaca/read/47369

    ReplyDelete

Comment