The (oh so late) birth story

By 9/20/2013

Sudah lewat 3 bulan dari kelahiran Gemma dan Thane baru sempet posting birth story. Kebayang dong gimana riweuhnya. Taking care of a baby is a bit overwhelmed at first. Apalagi dengan kondisi jauh dari keluarga, tanpa babysitter ataupun maid. Alhamdulillah suami cukup terampil dalam hal kerjaan rumah tangga seperti cuci piring, bebersih dan laundry. Urusan diaper change dll pun dia nggak keberatan untuk menghandle. Ada hikmahnya juga tinggal berdua aja disini. Susah-senang riweuh-santai dijalanin aja bareng-bareng. :)

Back to birth story. Sedari awal Thane nggak mau memusingkan diri untuk memilih metode kelahiran seperti home birth, water birth etc. Cukup yang konvensional aja, datang ke rumah sakit saat ketuban pecah, vaginal delivery with epidural, udah. Kenapa pake epidural? Pertama karena pain tolerance Thane yg rendah. Kedua, untuk memperkecil resiko trauma pasca kelahiran. No time for baby blues, postpartum depression whatsoever. Keluar rumah sakit harus dalam kondisi prima dan happy, karena setelahnya akan lebih melelahkan dan stressful. Ketiga, penggunaan epidural di US sudah terhitung biasa. 80% dari vaginal delivery di Amerika menggunakan epidural. Semakin mantap memilih epidural setelah mempertimbangkan plus minusnya. Sampai detik ini Thane merasa bahwa itu merupakan keputusan terbaik yg pernah diambil.

Saat kontrol ke dr. Pena pada minggu ke-37, beliau menawarkan opsi induksi pada minggu ke-39 untuk memperkecil resiko still birth, meninggalnya bayi saat kelahiran karena terlalu lama berada di kandungan. Yang paling setuju dengan induksi tersebut adalah suami. Karena minggu ke-39 bertepatan dengan hari libur kerja, yang berarti dia bisa menemani Thane sedari awal proses kelahiran. Pada awalnya Thane yg nggak mengiyakan untuk diinduksi. Posisi bayi, berat badan bayi dan ibu, tekanan darah dll semua baik dan normal. Nggak ada kecenderungan bayinya kenapa-kenapa, kok malah dipaksa keluar sebelum waktu yang seharusnya. Galau? Pastinya. Thane yang masih keukeuh menunggu kontraksi/bloody show/pecah ketuban baru beranjak ke rumah sakit, akhirnya luluh juga dengan bujukan suami. He simply doesn't want to miss a single thing, mulai dari pecah ketuban sampai Gemma lahir. Besar kemungkinan dia untuk nggak ada di samping Thane selama proses kelahiran karena pekerjaannya. Nggak bisa egois juga karena dia berhak melihat detik-detik kelahiran putri pertamanya. Akhirnya diputuskan induksi akan dilakukan tanggal 5 Juni tengah malam, bertepatan dengan minggu ke-39.

5 Juni 2013
Hospital bag sudah disiapkan, apartemen sudah bersih dan rapi, lauk untuk 3 minggu ke depan sudah siap di freezer. Sorenya Thane menyempatkan diri untuk manicure & pedicure dan mengisi tenaga dengan seporsi rib eye steak. Check in di Bay Area Hospital pukul 7 malam dan langsung dibawa ke delivery room. Ruangannya nyaman dan nurse-nya luar biasa helpful dan ramah. Saat periksa dalam ternyata Thane sudah bukaan 3, alhamdulillah. Memang hari itu kontraksi ringan sudah terasa. Nurse pun langsung lapor via telepon ke dr. Pena, dan memutuskan untuk membatalkan induksi. Lewat tengah malam Thane diminta puasa, hanya boleh menghisap es batu (kebayang kan hausnya). Cairan infus mulai dipasang supaya nggak dehidrasi. Suami sibuk live chat dengan para mama yang menangi kabar di tanah air. Sambil menunggu bukaan bertambah, Thane menyetel musik supaya rileks, mengaji, sampai akhirnya tidur dengan tentram di delivery room.

6 Juni 2013
Nurse kembali masuk dan mengecek bukaan jam 7 pagi, dan sudah bukaan 4. Sejam berikutnya dokter jaga memecahkan ketuban Thane dengan alat sejenis tusukan konde. Setelah itu kontraksi terasa lebih berat dan interval lebih pendek. Kathy, nurse yang bertugas saat itu sudah woro-woro, "whenever you ready, we'll get you the epidural". Ceritanya sih mau bertahan sampai bukaan 7-8, tapi baru bukaan 5 Thane sudah minta epidural. Suntikan jarum epidural yg segede gaban di tulang belakang sampai nggak kerasa krn kontraksi makin intens dan nafas semakin berat. Setelah perut ke bawah terasa numb karena epidural, Kathy yang mirip artis komedi Melissa McCarthy menyarankan Thane untuk tidur. Suami ngapain? Dia standby di sofa di dalam delivery room, sambil mengupdate setiap progres ke para mama via Whatsapp. Yang di Indonesia malah bingung, sudah bukaan 5 kok malah sempet2nya tidur hehe. That's the magic of epidural. 

Bukaan pun bertambah setiap jamnya. Tepat jam 1 siang Kathy melakukan pengecekan terakhir, dan kepala bayi sudah berjarak 1 ruas jari dari mulut vagina. Dr. Pena beserta rombongan (8 orang) masuk ke ruangan dan bersiap2. Untung sehari sebelumnya Thane sempat hospital tour dan dikasih tips mengejan yg efektif. Suami ngapain? Hehe, kali ini dia berdiri di samping sambil menggenggam tangan kiri Thane. Aba-aba untuk mengejan segera diberikan. Alhamdulillah setelah mengejan sebanyak 7 kali, Gemma Austine Wirandoko lahir ke permukaan bumi tepat pada pukul 13.55, dengan sehat dan sempurna.


                            

You Might Also Like

4 comments

  1. thane..share lauk 3 minggu di freezernya juga dong! kan aku jg bakal berduaan aja sm aryo ngurus bayinya :D

    ReplyDelete
  2. Boleeeh, ini daftar menu yang aku bikin:
    - sapi lada hitam
    - chicken katsu
    - pangsit goreng
    - spicy chicken wings
    - semur daging
    - cream chicken soup
    - ayam rica-rica
    - seafood saus mentega
    - bolognaise sauce
    - salmon alfredo sauce
    - bumbu gado2

    Jangan lupa nyetok frozen vegetable sm salad mix, biar gampang bisa langsung direbus atau dimakan langsung. Telur rebus juga bisa jadi quick fix kalo kehabisan lauk. Semangat ya maaaal! :D

    ReplyDelete
  3. selamat datang Gemma,
    selamat jadi ibu baru teeh :D

    cerdas iih bikin frozen food buat abis lahiran...jadi gak usah riweuh lagi mikirin makanan yaaa...

    ReplyDelete
  4. Makasi Lomie! Lumayan ngebantu banget, jadi Thane/suami tinggal masak nasi & ngangetin. Jatah waktu buat masak bisa dipake tiduuuur hehehe.

    ReplyDelete

Comment